17 Februari 2009

Deteksi dini : Kanker Payudara


Kanker payudara pantas dikatakan sebagai penyakit yang menakutkan bagi perempuan. Di dunia, kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua terbanyak setelah kanker paru. Sementara di Indonesia, jumlah penderita kanker payudara menduduki urutan kedua setelah kanker serviks (leher rahim).

Tingginya jumlah kasus kanker payudara diduga karena perempuan kurang waspada terhadap perubahan payudaranya, sehingga tak jarang menyebabkan kanker payudara terdeteksi pada stadium lanjut. Padahal, deteksi dini dan peningkatan kewaspadaan disertai pengobatan yang sesuai dipercaya dapat menurunkan jumlah kematian karena kanker payudara.

Payudara adalah kelenjar yang mampu memproduksi air susu, terdiri dari kumpulan kelenjar dan jaringan lemak yang terletak di antara kulit dan tulang dada. Benjolan di payudara merupakan hasil pertumbuhan sel yang berlebihan. Benjolan ini disebut tumor. Dalam perkembangannya, tumor dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor bersifat jinak jika pertumbuhan selnya tidak sampai merembet ke sekitar payudara atau menyebar ke organ lain (seperti paru-paru, hati, tulang, dan otak). Jika yang terjadi sebaliknya, maka tumor tersebut bersifat ganas.



Gejala dan Faktor Risiko

Umumnya seorang perempuan tidak merasakan gejala apapun dari penyakit kanker payudara di saat-saat awal. Ketika tumor semakin membesar, barulah timbul gejala-gejala berikut:


Terdapat benjolan

Benjolan di payudara bersifat permanen dan tidak dipengaruhi siklus menstruasi. Terdapat perubahan bentuk atau ukuran payudara. Benjolan dapat disertai nyeri atau tidak.

Kelainan kulit

Ruam pada kulit di sekitar payudara, puting terlihat bersisik, memerah, dan membengkak. Terjadi pembengkakan dan penebalan kulit di daerah payudara.


Kelainan puting

Keluar cairan dari puting, puting menjadi lunak, sebagian atau seluruh puting tertekan ke dalam.
Untuk mendiagnosis kanker payudara, awalnya dilakukan dengan merasakan adanya benjolan yang dapat diraba oleh jari. Untuk membedakan apakah benjolan yang terdapat di payudara bersifat jinak atau ganas, maka dilakukan pemeriksaan mammografi dan USG (Ultrasonography). Lebih lanjut, untuk memastikan apakah benar kanker payudara, perlu dilakukan biopsi dengan mengambil sedikit jaringan dari benjolan tersebut untuk kemudian diperiksa di bawah mikroskop.

Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seorang perempuan terkena kanker payudara. Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 4 faktor, yaitu:


Faktor Genetik, Riwayat keluarga.

Jika ada anggota keluarga yang terkena kanker payudara atau kanker indung telur maka dapat meningkatkan risiko. Risiko akan semakin meningkat ketika kanker payudara dialami anggota keluarga langsung (ibu, saudara perempuan maupun anak perempuan), apalagi jika kanker tersebut menyerang saat mereka di bawah usia 50 tahun.
Terbukti positif mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 pada pemeriksaan genetik terhadap darah. Kondisi ini secara bermakna meningkatkan peluang perempuan atau pria terkena kanker payudara.


Faktor Hormon, Riwayat kehamilan.

Perempuan yang melahirkan anak di bawah usia 30 tahun mempunyai risiko lebih rendah mengalami kanker payudara dibanding perempuan yang melahirkan anak setelah 30 tahun atau tidak memilki anak sama sekali.

Faktor Hormon,
Riwayat menyusui.

Risiko kanker payudara akan menurun jika perempuan sering menyusui dan dalam jangka waktu yang lama.


Faktor Hormon,
Riwayat haid.
Perempuan yang pertama kali mengalami haid lebih awal (sebelum usia 12 tahun) atau mengalami menopause setelah usia 55 tahun memiliki risiko tinggi.
Penggunaan hormon estrogen eksternal seperti terapi sulih hormon, pil KB yang mengandung estrogen saja. Faktor risiko akan meningkat jika penggunaan dilakukan terus-menerus dalam jangka waktu lama.

Faktor Diet
Sampai saat ini belum ada penelitian yang dapat membuktikan secara menyakinkan kaitan diet dengan kejadian kanker payudara. Hanya saja diet tinggi lemak dan rendah serat dapat meningkatkan faktor risiko kanker payudara. Sedangkan diet yang mengandung omega 3 (ikan), buah, sayur, makanan yang mengandung fitoestrogen (tahu, tempe), dan vitamin antioksidan (vitamin A, C, E) dapat menurunkan faktor risiko.
Alkohol dan merokok dapat meningkatkan faktor risiko melalui jalur hormonal.

Faktor Lingkungan

Riwayat terkena radiasi di bagian dada terutama jika terkena pada usia sebelum 40 tahun, misalnya pada penderita limfoma hodgkin yang mendapat terapi sinar (radioterapi) di dada.
Tidak ada hubungannya antara penggunaan pestisida atau berada pada lingkungan yang terpapar dengan medan elektromagnetik dengan kejadian kanker payudara.

Deteksi Dini Kanker Payudara
Tidak semua benjolan di payudara adalah kanker. Sehingga untuk memastikannya, setiap benjolan perlu diperiksa dengan seksama. Setiap kali selesai haid, sebaiknya setiap perempuan melakukan pemeriksaan sendiri terhadap payudara, untuk mengetahui adanya benjolan atau perubahan di payudara. Tak perlu menunggu hingga timbul gejala untuk mulai melakukan deteksi dini.

Langkah penting yang dapat dilakukan setiap perempuan untuk menurunkan risiko kematian akibat adanya kanker payudara adalah dengan melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan mammogram reguler sejak usia 40 tahun.

Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan pada 7-10 hari setelah haid selesai karena pada saat itu payudara terasa lunak. Tujuan pemeriksaan payudara sendiri secara rutin adalah untuk merasakan dan mengenal lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat segera diketahui.

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)




Pada kesempatan ini pun, saya menyajikan gambar berikut dibawah ini akibat yang ditimbulkan dari kanker payudara yang sudah sangat kritis, menjalar infeksi pada anggota tubuh lainnya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar